Selasa, 09 Maret 2010

Pesan dalam Botol



Jeritan Rakyat yang tak terdengar

Penderitaan rakyat yang terabaikan, itulah kenyataan yang ada saat ini di negeri yang kita cintai ini. Rakyat yang telah lama mengalami himpitan ekonomi, rakyat yang telah berteriak hingga suaranya habis, akan tetapi tidak ada yang menanggapi. Aspirasi rakyat yang terhalang oleh ketamakan segelintir orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
Di satu sisi kita melihat petani yang tanahnya digusur dengan alasan pembangunan yang hanya membuat petani semakin kesulitan menjalani kehidupan ini, serta ibu rumah tangga yang diwajibkan mengganti minyak tanah dengan gas elpiji yang katanya lebih murah tetapi pemerintah tidak mengetahui betapa sulitnya untuk membayar yang katanya murah itu. Di sisi lain wakil rakyat meminta kenaikan gaji dan dengan mengendarai mobil mewah yang tidak pernah kena macet karena selalu dikawal lalu pulang kerumah mewah rumah mewah yang baru direnovasi. Apakah benar kinerja mereka? Apakah benar teriakan mereka dengan menyebut atas nama rakyat? Apakah benar mereka bisa merasakan penderitaan rakyat?
Wakil rakyat, begitu mereka biasa disebut, itu berarti mereka hanya wakil kita alias wakilnya rakyat dan rakyat adalah ketuanya. Tapi mengapa hidupnya wakil rakyat lebih enak daripada rakyatnya itu sendiri. Mereka berteriak di dalam gedung parlemen yang ber’AC yang dingin sedangkan perubahan di luar tetap tidak ada, Artinya aspirasi, harapan dan keinginan untuk ekonomi yang lebih baik yang kita sampaikan kepada wakil rakyat hanya sebatas yang terlihat saja. Rakyat bagaikan ada di dalam botol yang tertutup rapat dan tidak terdengar keluar.
Masihkah kita percaya dengan wakil seperti itu? Masihkah ada wakil yang benar-benar memperjuangkan aspirasi kita? Semoga saja masih ada wakil rakyat yang benar-benar mewakili rakyat, karena rakyat tidak ingin berada di dalam botol terus-menerus, berteriak tapi tak terdengar.


[F]182 , 09 maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar